Minggu, 09 Januari 2011

RANOMI KROMOWIDJOJO: Pantas Jadi Bidikan Naturalisasi

MAJALAH RENANG INDONESIA. Musim naturalisasi yang tengah bersemi di Indonesia mungkinkah bisa menyentuh Ranomi Kromowidjojo? Perenang Belanda berdarah Jawa ini pantas menjadi bidikan naturalisasi bila ingin mengangkat renang Indonesia ke persaingan elite dunia.

Ranomi memberikan jaminan mutu dengan prestasinya yang telah mendunia. Ranomi adalah salah satu aset besar yang dimiliki Belanda. Atlet renang itu kini telah menjadi andalan Negeri Kincir Angin di berbagai kejuaraan dunia.

Bahkan, pada Kejuaraan (FINA) Dunia Renang Jarak Pendek di Dubai, Uni Emirat Arab, yang berakhir pekan lalu, gadis berusia 20 tahun ini mampu menyabet tiga medali emas sekaligus, yakni 50 meter dan 100 meter gaya bebas, serta 4x100 meter bebas estafet.

Kiprah Ranomi menempatkan Belanda bertengger di posisi keenam perolehan medali dengan tiga medali emas, dua perak, dan satu perunggu. Gadis kelahiran Groningen, Belanda, 20 Agustus 1990, itu menyandang nama Jawa, Kromowidjojo, karena nenek moyangnya berasal dari Pulau Jawa.

Mereka pergi ke Suriname sebagai pekerja perkebunan pada akhir abad ke-19. Ayahnya yang lahir di Suriname hijrah ke Belanda ketika Suriname merdeka pada 1975. Di Negeri Kincir Angin itu pula Ranomi kemudian dilahirkan.

Kini, dia dan keluarga tinggal di Sauwerd, wilayah Belanda Utara. Meski sudah berlangsung satu abad, unsur-unsur Jawa tetap dipelihara dalam keluarga mereka, terutama nama belakangnya, Kromowidjojo. Ranomi memang mewarisi sifat njawani dari leluhurnya. Faktanya, dia dikenal sangat ramah, murah senyum, dan selalu siap berbagi tanda tangan kepada fans yang kerap mengerubunginya.

Kemudian, Ranomi bisa menjadi perenang tak lepas dari didikan leluhurnya. Sejak bayi, dia sudah dikenalkan dengan air. "Sejak masih bayi, saya sering diajak nenek berenang. Itu yang membuat saya jadi perenang seperti sekarang ini," ujar Ranomi dalam situs pribadinya.

Nama Ranomi mulai melejit di dunia renang ketika meraih medali perunggu nomor 50 meter gaya bebas pada Kejuaraan Renang Junior Eropa pada 2005. Setahun kemudian, dia menyambar medali perak gaya bebas dan perunggu 50 meter gaya kupu-kupu.

Menurut Ranomi, kesuksesannya itu tidak datang dengan sendirinya. Dia telah menekuni dunia renang dengan serius sejak masih anak-anak.

"Sejak kecil, saya sudah sering diikutkan dalam lomba renang lokal. Ternyata hal itu berlanjut hingga saya dewasa. Bahkan, ketika tampil di senior pun saya mampu meraih prestasi di Kejuaraan Eropa Renang di Budapest," katanya.

Gadis penuh talenta ini kini masih sebagai siswa sekolah HAVO 5, setingkat SMA kelas 3. Tentu dengan kesibukan sebagai atlet, dia bersekolah di LOOT, sekolah khusus atlet berbakat. Sekolah khusus yang mengombinasikan sekolah dengan olahraga untuk atlet-atlet berbakat.

"Untuk cabang perseorangan, aku bermimpi untuk meraih emas di Olimpiade. Tapi, sebenarnya bukan di Beijing, karena itu masih terlalu cepat. Di China mungkin bisa dengan estafet. Cabang perseorangan, saya ingin meraih sukses di Olimpiade 2012 di London. Saya akan coba." Ranomi juga mulai jadi perhatian dunia dan banyak pihak mengaku sebagai "pemiliknya".

Mulai dari Groningen (Belanda), Suriname, dan Jawa. Nah, mungkinkah Indonesia juga ikut kepincut memilikinya dengan proses naturalisasi seperti yang telah dilakukan di kancah sepak bola yang sukses melejitkan Irfan Bachdim, yang juga berdarah Belanda. (Berbagai sumber/Gungde Ariwangsa/Suara Karya)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar