Jakarta: RENANG INDONESIA - Atlet renang nasional,
Richard Sambera mengaku prihatin dengan kondisi olahraga renang di Tanah Air.
Prestasi cabang renang meredup seiring kegagalan Indonesia meloloskan atletnya
ke Olimpiade London 2012.
Ia menilai kegagalan Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI) meloloskan atletnya ke Olimpiade tak lepas dari banyaknya persoalan dalam hal pembinaan atlet, terutama yang berkaitan dengan fasilitas dan program yang dijalankan.
"Fenomena seperti itu memang dirasakan hampir di semua cabang olahraga. Saya melihat, khususnya di renang, prestasi kita memang sedang di bawah dan butuh sesuatu yang luar biasa untuk kembali ke atas," ujar Richard Sam Bera di Jakarta, Jumat (8/6).
Richard mengingatkan, cabang olahraga renang pernah menjadi cabang olahraga unggulan di Indonesia. Namun dalam kondisi saat ini, tim renang Indonesia hanya mampu mencapai Limit-B, sehingga hanya bisa mengharapkan fasilitas "wild card" untuk bisa mengikutsertakan atletnya ke ajang olahraga empat tahunan itu.
Sebelumnya Indonesia berhasil menyeleksi empat perenangnya ke Olimpiade yakni Glenn Victor (100 meter gaya kupu) dan Triadi Fauzi (200 meter gaya kupu), I Gede Siman Sudartawa (100 dan 200 meter gaya punggung) dan Indra Gunawan (100 meter gaya dada) melalui SEA Games XXVI/2011.
Namun, dari keempat perenang tersebut masih harus diseleksi lagi. Untuk mencapai Limit-A masih ada kesempatan lolos kualifikasi melalui kejuaraan Singapura Open yang akan berlangsung pada pekan mendatang. Jika gagal, maka Indonesia hanya bisa mengirimkan satu orang atletnya melalui fasilitas "wild card".
Richard Sam Bera yang pernah merajai Asia Tenggara berpendapat minimnya atlet yang lolos ke Olimpiade disebabkan sesuatu yang salah dalam sistem pembinaan di PRSI dan harus segera dibenahi.
"Padahal kami dulu di renang bisa mengirimkan lima orang sekaligus ke Olimpiade. Saya kira saat ini potensinya tetap ada, tetapi kenapa bisa gagal, itu pasti ada persoalan," ujar Richard yang pernah tampil di tiga Olimpiade yakni Seoul 1988, Atlanta 1996, dan Sydney 2000.
Richard menyoroti minimnya kompetisi renang di Indonesia menjadi kendala kronis dalam hal pembinaan atlet. Tak hanya itu, fasilitas pendukung seperti kolam renang juga masih sangat minim, sehingga perkembangan atlet Indonesia sangat lamban jika dibandingkan negara lain.
Meski mengaku tidak ingin menyalahkan PRSI selaku induk olahraga renang, Richard menilai harus dilakukan perubahan besar dalam hal pembinaan di PRSI. "Salah satunya saya berharap PB bisa bebas dari intrik politik. Jangan sampai nantinya kondisi seperti ini terus-terusan terjadi dan tanpa perubahan. Semuanya harus dievaluasi," kata pemegang Rekor SEA Games untuk cabang renang 100m tersebut, (Metrotvnews.com)
Ia menilai kegagalan Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI) meloloskan atletnya ke Olimpiade tak lepas dari banyaknya persoalan dalam hal pembinaan atlet, terutama yang berkaitan dengan fasilitas dan program yang dijalankan.
"Fenomena seperti itu memang dirasakan hampir di semua cabang olahraga. Saya melihat, khususnya di renang, prestasi kita memang sedang di bawah dan butuh sesuatu yang luar biasa untuk kembali ke atas," ujar Richard Sam Bera di Jakarta, Jumat (8/6).
Richard mengingatkan, cabang olahraga renang pernah menjadi cabang olahraga unggulan di Indonesia. Namun dalam kondisi saat ini, tim renang Indonesia hanya mampu mencapai Limit-B, sehingga hanya bisa mengharapkan fasilitas "wild card" untuk bisa mengikutsertakan atletnya ke ajang olahraga empat tahunan itu.
Sebelumnya Indonesia berhasil menyeleksi empat perenangnya ke Olimpiade yakni Glenn Victor (100 meter gaya kupu) dan Triadi Fauzi (200 meter gaya kupu), I Gede Siman Sudartawa (100 dan 200 meter gaya punggung) dan Indra Gunawan (100 meter gaya dada) melalui SEA Games XXVI/2011.
Namun, dari keempat perenang tersebut masih harus diseleksi lagi. Untuk mencapai Limit-A masih ada kesempatan lolos kualifikasi melalui kejuaraan Singapura Open yang akan berlangsung pada pekan mendatang. Jika gagal, maka Indonesia hanya bisa mengirimkan satu orang atletnya melalui fasilitas "wild card".
Richard Sam Bera yang pernah merajai Asia Tenggara berpendapat minimnya atlet yang lolos ke Olimpiade disebabkan sesuatu yang salah dalam sistem pembinaan di PRSI dan harus segera dibenahi.
"Padahal kami dulu di renang bisa mengirimkan lima orang sekaligus ke Olimpiade. Saya kira saat ini potensinya tetap ada, tetapi kenapa bisa gagal, itu pasti ada persoalan," ujar Richard yang pernah tampil di tiga Olimpiade yakni Seoul 1988, Atlanta 1996, dan Sydney 2000.
Richard menyoroti minimnya kompetisi renang di Indonesia menjadi kendala kronis dalam hal pembinaan atlet. Tak hanya itu, fasilitas pendukung seperti kolam renang juga masih sangat minim, sehingga perkembangan atlet Indonesia sangat lamban jika dibandingkan negara lain.
Meski mengaku tidak ingin menyalahkan PRSI selaku induk olahraga renang, Richard menilai harus dilakukan perubahan besar dalam hal pembinaan di PRSI. "Salah satunya saya berharap PB bisa bebas dari intrik politik. Jangan sampai nantinya kondisi seperti ini terus-terusan terjadi dan tanpa perubahan. Semuanya harus dievaluasi," kata pemegang Rekor SEA Games untuk cabang renang 100m tersebut, (Metrotvnews.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar