RENANG INDONESIA. Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan Jakarta Selatan tak pernah sepi dari kegiatan, terutama dalam menyelenggarakan kegiatan olahraga akuatik. Setiap hari selalu saja ada kegiatan, paling tidak latihan renang yang diselengarakan oleh klub renang Tirta Taruna 66, Kusuma Harapan, Cucut, Elfira Swima Gemilang, dan Pari Sakti pada pagi dan sore hari. Selain itu, ada pula yang latihan polo air, terkadang selam, renang indah atau loncat indah. Pada siang hari stadion ini terbuka untuk umum.
Memang Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan Jakarta Selatan ini adalah salah satu kolam renang yang paling representatif di Jakarta, selain Kolam Renang Simprug yang sering digunakan latihan oleh atlet pelatnas renang dan selam.
Stadion renang Senayan yang terletak di dalam komplek Gelora Bung Karno Senayan Jakarta Selatan, merupakan salah satu dari lima stadion olahraga yang dibangun secara simultan pada tahun 1960, sebagai persiapan Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games IV/1962.
Pembangunan kompleks olahraga ini dimulai dengan pemindahan ribuan penduduk, termasuk ribuan makam, turut diungsikan ke Tebet, Lenteng Agung, dan Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Biaya pembangunan diperoleh dari berbagai sumber, termasuk paket bantuan Uni Soviet sebesar 25 juta dollar AS.
Empat stadion yang dibangun bersamaan lainnya saat itu adalah Stadion Utama, Stadion Utama Tenis, Atletik, dan Istora. Yang terakhir ini selesai paling awal karena akan digunakan untuk kejuaraan bulutangkis beregu Piala Thomas pada Mei 1961.
Pembangunan stadion renang yang dapat bertahan selama 100 tahun ini berjalan mulus, tidak ada hambatan tidak seperti proses pembangunan Stadion Utama atau Istora (Istana Olahraga) yang sempat tertahan karena kapal yang mengangkut lembaran-lembaran atap Istora tenggelam di pelabuhan Uni Soviet Laut Hitam, Odessa . Hambatan lain, adanya kebakaran yang sempat melalap sekitar 25 persen bagian atas Stadion Utama selama pembangunan.
Dua setengah tahun sejak pembebasan tanah stadion renang Senayan, Lanny Gumulya, atlet loncat indah sudah menyumbang dua medali emas di kolam renang dalam kejuaraan internasional. Pertama, dalam pesta olahraga Asia (Asian Games) IV/1962, 24 Agustus - 4 September. Kedua, pada tahun berikutnya dalam pesta olahraga negara-negara kekuatan baru (Ganefo/Games of the New Emerging Forces). Keduanya diperoleh melalui loncat indah di nomor papan 3 meter.
Tapi setelah itu, stadion renang Senayan sepi pengunjung, karena kegiatan regional maupun internasional memang tidak ada. Hingga Indonesia masuk Federasi SEA Games pada 1976 dan menjadi tuan rumah pesta olahraga Asia Tenggara (SEA Gamas) X pada tahun 1979.
Pada tahun 1981 dan 1982, stadion renang Senayan kembali digunakan untuk kejuaraan loncat indah internasional terbuka. Juga beberapa kali kejuaraan renang kelompok umur Asia maupun Asean. Kemudian kejuaran regional Sea Games XIV September 1987.
Kolam Berstandar Olompiade
PB.PRSI bersama Pengelola Gelora Senayan memperluas stadion renang Senayan Jakarta, sesuai peraturan Federasi Renang Internasional (FINA) dengan memperbaharui peraturan internasionalnya, termasuk standar kolam renang. Perluasan mencakup pembangunan sebuah kolam renang berstandar Olimpiade yang dirancang memanjang ke arah utara sehingga membelah gerbang masuk stadion menjadi dua.
Dengan demikian, terdapat tiga kolam di stadion renang Senayan Jakarta. Satu lagi ialah kolam loncat indah lama berukuran 25 x 21 meter yang terletak di antara dua kolam renang. Tribun penonton di sisi Timur dan Barat diperpanjang sekitar 60 meter ke arah Utara dengan sebuah tribun kehormatan kecil di sisi Barat.
Manajemen stadion renang Senayan Jakarta, bernaung di bawah Badan Pengelola Gelora Senayan yang bertanggung-jawab langsung kepada Sekretariat Negara (Setneg) RI.
Kolam renang baru ini merupakan kolam renang pertama di tanah air yang memiliki standar Olimpade berukuran 50 x 21 meter dengan kedalaman 1,2 - 2,5 meter, kolam loncat indah 25 x 7 meter, berkédalaman 1,2 meter, menara loncat setinggi 10 meter, serta tribun di sisi barat dan timur berkapasitas 8.000 penonton. Stadion ini dapat juga digunakan pada malam hari karena dilengkapi 72 lampu sorot yang nangkring di atap tribun.
Stadion Renang Senayan Sekarang
Stadion Renang Senayan kini sudah berubah, meski sarana dan prasarananya sudah ketinggalan dibanding negara-negara tetangga lainnya. Tapi pohon-pohon rindang dan teduh masih setia mengelilingi stadion, bahkan di depan kantor sekretariat terdapat badan usaha milik pemda DKI yang mengelola penghijauan.
Selain itu, terdapat beberapa perkantoran induk dan cabang organisasi yang berkecimpung dalam olahraga akuatik. Diantaranya Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI), Persatuan Olahraga Selam Indonesia (POSSI), Pengurus Daerah Provinsi (Pengprov DKI Jakarta ) PRSI. Beberapa perkumpulan renang, diantaranya Tirta Taruna 66, Kusuma Harapan, Cucut, Elfira Swima Gemilang, dan Pari Sakti.
Klub-klub renang ini berlatih pada pukul 5-8 pagi dan pk. 4 sampai 6 sore. Pada pukul 8 pagi sampai 4 sore disediakan khusus untuk umum. Kolam terpelihara baik dengan sirkulasi air yang mengalir tanpa henti dengan kadar PH yang terjaga.
Menurut Kepala Seksi Sekretariat dan Operasional Budi Herwanto, luas areal stadion renang ini mencapai 4,5 hektar, termasuk parkir timur dan Krida Loka. Areal seluas itu membutuhkan perawatan dan pemeliharaan yang tidak kecil, maka tidak heran setiap tahun keuangannya mengalami defisit. Pengeluaraan terbesar adalah upah karyawan, listrik, dan air.
Pemasukan dana operasional diperoleh selain dari sewa kolam, kegiatan family gathering, casting pemain atau model, dan launching product. Bila pada awal Hadi menjabat pemasukan hanya Rp. 12 juta tapi kini sejak Hadi menjabat tiga tahun terakhir, pemasukan sekitar Rp. 200 juta per bulan.
Dalam pengelolaannya, Hadi sangat fleksibel menghadapi rekan-rekan pengguna stadion sehingga semua merasakan bahwa stadion menjadi milik bersama. Dalam setiap kegiatan, Hadi tak segan membantu demi kelancaraan acara.
Hadi mengakui kegiatan renang belakangan ini semakin semarak, ini artinya menambah pemasukan bagi pengelola. Sebab semakin banyak kegiatan dalam stadion, maka semakin besar pula pemasukan dalam kas pengelola dan sekaligus mengurangi defisit yang diemban. (Gayatri. Sumber:pb.prsi dan pengelola stadion)
Ronny putra bpk dadeng sekarang masih di pengurus PRSi Dki..?
BalasHapus