Invitasi Renang 2008 penuh warna, salah satunya adalah tampilnya wasit renang wanita pertama di tanah air. Namanya, Agustina Handayani, Spd.
Agustina merupakan satu-satunya peserta perempuan diantara sejumlah peserta pria pada pelatihan Perwasitan Nasional di Bandung Desember 2007. Kegiatan yang dilaksanakan bersamaan waktunya dengan di Kejuaraan Antar Perkumpulan Seluruh Indonesia (Krapsi) 2007 itu, menjadikan Krapsi sebagai ajang praktek bagi peserta perwasitan. Dan di Krapsi itulah pengalaman pertama Agustina Handayani memimpin pertandingan.
“Pada hari pertama itu, saya nggak bisa tidur,” ujar ibu empat anak mengenang. Ternyata pengalaman yang sama juga pernah dialami oleh wasit yang lain ketika pertama kali memimpin pertandingan.
“Kelihatannya mengatakan awaaaaaa……sss ketika atlet mulai star, sangat mudah. Tapi kenyataannya, seakan susah sekali keluar dari kerongkongan”.
Selain satu-satunya peserta wanita, Agustina juga terpilih sebagai peserta terbaik. Agustina sebetulnya sudah biasa memimpin pertandingan. Di daerahnya Jawa Tengah, Agustina yang juga pengurus PRSI sering bertindak sebagai ketua pelaksana. Sehingga berada di tengah kolam diantara atlet dan penonton sudah biasa. Hanya saja, untuk tingkat nasional ukurannya memang beda.
Apa yang menarik sebagai wasit ? “Ini merupakan panggilan hati. Awalnya saya berkecimpung dalam pelatihan. Sebagai pelatih, harus ada anak didik. Saya punya klub renang dan pelatih yang saya datangkan dari Solo.”
Agustina yang juga guru olahraga SD karang anyar, merasa terpanggil untuk menjadi wasit yang sudah lama ia impikan, apalagi selama ini belum ada wasit wanita. Dan setelah kini anak-anak sudah besar dan bisa mengurus dirinya sendiri, Agustina membulatkan tekadnya untuk menjadi wasit. Pelatihan Perwasitan di Bandung memberinya jalan mewujudkan impian ibu perenang terbaik Invitasi 2008 KU I, Guntur Pratama Putra.
Hal yang membantu dan memperlancar karir Agustina adalah dukungan keluarganya, terutama suaminya yang dosen. Suaminya, Djoko Panuwun, tidak hanya mendukung bahkan ikut memberikan perhatian anak-anak mereka sudah menjadi perenang nasional.
Regenerasi di bidang perwasitan nampaknya memang sudah harus dilaksanakan, mengingat sebagian wasit sudah memasuki usia sepuh. Di masa mendatang dibutuhkan banyak wasita yang memiliki mobilitas tinggi, mengingat wilayah kita yang luas dan jarak antar daerah cukup jauh.
Wasit-wasit di daerah yang berserakan dikembangkan untuk mampu memimpin pertandingkan di tingkat nasional.
“Wasit di tingkat nasional memiliki poin yang beda dibanding di daerah. Paling tidak dari segi prestise.”
Setiap usai pertandingan, dilakukan brifing untuk mengevaluasi jalannya pertandingan. Para wasit sama-sama mengoreksi kekurangan untuk memperbaikinya. Para wasit saling bekerjasama dan saling membantu.
Sebagai wasit, tidak boleh ragu, sebab kalau ragu-ragu sangat berbahaya apalagi berada ditengah atlet dan penonton. Seorang wasit harus sportif, tegas, tidak ragu, dan penampilan harus rapi.
Syarat jadi wasit tidak sulit, yang penting memiliki kemauan keras, dan tidak harus berpengalaman.
Meski kini Agustina satu-satunya wasit wanita, tapi ia merasa tidak terganggu dengan keberadaaanya sebagai satu-satunya wasit wanita ditengah kaum lelaki. Agustina berharap akan banyak wanita yang berminat menjadi wasit renang sebab wasit bukan hanya urusan laki-laki.
“Saya masih prihatin keadaan sekarang ini, bagaimana dengan kaum saya,” ujar Agustina.
Kita berharap dengan kehadiran Agustina akan memberikan motivasi bagi wanita lain untuk mengikuti jejak Agustina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar