Tinjauan Pers terakhir di tahun ini mengangkat perenang Ranomi Kromowidjojo tetap berprestasi pasca meningitis dan kilas balik 2010 di Belanda dan dunia.
MAJALAH RENANG INDONESIA . Tahun 2010, Ranomi Kromowidjojo, perenang Belanda berdarah Jawa Suriname, empat kali jadi juara Eropa dan tiga kali meraih juara dunia renang jarak dekat. Padahal belum lama ini ia sempat dirawat di rumah sakit karena menderita meningitis.
Optimis
Dalam wawancara dengan harian pagi de Volkskrant, Ranomi berkata ia bukan tipe orang yang suka mengkilas balik apa yang telah dikerjakan selama ini. Ia lebih memilih melihat ke depan. "Saya ingin meraih juara Eropa. Itu memang rencana saya," cerita Ranomi. Tahun 2010 perenang Belanda ini ingin mencapai prestasi puncak, lanjutnya. Dan ia berhasil.
Dalam wawancara dengan harian pagi de Volkskrant, Ranomi berkata ia bukan tipe orang yang suka mengkilas balik apa yang telah dikerjakan selama ini. Ia lebih memilih melihat ke depan. "Saya ingin meraih juara Eropa. Itu memang rencana saya," cerita Ranomi. Tahun 2010 perenang Belanda ini ingin mencapai prestasi puncak, lanjutnya. Dan ia berhasil.
Kehidupan Ranomi selama tahun 2010 ini mengalami pasang surut, ceritanya kepada de Volkskrant. Ia masih mengingat betul ketika pada musim panas di Tenerife , Spanyol, harus dirawat di rumah sakit karena menderita meningitis. "Saya mengalami sakit yang luar biasa. Saya tidak mau berpikir lagi tentang kejuaraan Eropa di Budapest yang sudah pasti tidak bisa saya hadiri," ujar Ranomi.
"Saya hanya ingin satu hal: rasa sakit itu hilang. Sakit kepala, sakit punggung. Saya diberi kamus bahasa Spanyol untuk mencari istilah Spanyolnya. Dolor. Sakit." Ajaibnya, lima hari kemudian, ia berhasil memenangkan empat medali emas di Kejuaraan Eropa di Budapest.
Ranomi lahir dari ayah Suriname dan ibu Belanda. Walau berdarah campuran, Ranomi tak pernah merasa dianggap orang asing. "Orang-orang memperlakukan saya sama seperti memperlakukan orang Belanda tulen," katanya. "Lagipula, sudah bukan waktunya menilai orang dari warna kulit," tambah Ranomi kepadade Volkskrant.
Kilas Balik
Beralih ke topik kedua. Kilas balik 2010 dikeluarkan harian Algemeen Dagblad. Di dalamnya terjajar sejumlah peristiwa penting di Belanda dan dunia pada 2010. Dalam bidang politik di Belanda, tercatat runtuhnya kabinet Balkenende IV dan penarikan mundur tentara Belanda dari Uruzghan sebagai dua peristiwa terpenting.
Kedua hal tersebut memang berhubungan. Waktu itu, terjadi pro-kontra di parlemen Belanda mengenai peran tentara Belanda di Afghanistan. Satu pihak menyatakan bahwa pengiriman tentara ke Afghanistan hanya membuang-buang uang negara dan tidak berpengaruh banyak terhadap keamanan Afghanistan. Sedangkan sisanya beranggapan, sangat penting bahwa Belanda turut serta dalam kancah pengamanan internasional. Selain itu, pengiriman tentara ke Afghanistan juga ada hubungannya dengan citra Belanda dan hubungan Belanda dengan dunia internasional.
Algemeen Dagblad juga mengangkat kilas balik internasional. Harian ini menyimpulkan, 2010 penuh dengan bencana. Dari gempa bumi Haiti, banjir di Pakistan, Filipina dan Polandia, tsunami di Cile, sampai gunung meletus dan tsunami di Indonesia. Semoga saja, alam akan lebih ramah di 2011. Demikian Algemeen Dagblad menutup kilas baliknya. (Radio Nederland)
Ranomi Kromowidjojo |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar