Saya bukan memandang orang yang ditunjuk rekan tadi, melainkan justru memandang ke arah teman saya ini. "Lho, kamu belum kenal sosok Siman Sudartawa?"
Rekan wartawan tersebut meminta saya mengerti karena dia orang baru di olahraga dan biasanya dia meliput sepak bola. Namun, kalimat terakhirnya yang membuat saya merenung, "Habis atlet renang jarang dikenal, sih...."
Renang memang tidak sepopuler sepak bola atau bulu tangkis di tanah ini. Zaman renang dengan taburan bintang sejak masa Gerald HP Item, Lukman Niode, Richard Sam Bera, Felix, dan Albert Sutanto, ataupun Elsa Manora Nasution sudah lama berlalu.
Magnet untuk menarik media datang ke kolam renang pun tidak besar, kecuali untuk event besar seperti Pekan Olah Raga Nasional (PON)
Sepinya daya tarik ini pun ditambah dengan kurangnya pengetahuan insan renang tentang peran media
Jangan berharap soal media room atau media center, tidak adanya media person yang menjadi penghubung antara media dan panitia, pengurus dan—terutama—atlet sering kali diabaikan. Wartawan terkadang harus berusaha sendiri mencari tahu apakah ada rekor terpecahkan, siapa itu pemecah rekor, atau bagaimana mendapat kesempatan mewawancara atlet tersebut.
Padahal secara visual, renang menjanjikan liputan yang luar
biasa. Adalah Asep Hidayat yang sejak dua tahun terakhir selalu
"mengasah" kemampuannya dengan mengabadikan momen-momen di kolam
renang.
"Di kolam, tantangannya lebih besar. Sulit sekali menangkap momen yang pas dan bagus. Benar-benar butuh kesabaran dan kejelian," kata Asep yang telah 30 tahun berprofesi sebagai fotografer dan pernah memotret sofbol dan skuas.
Menurut Asep, keindahan olahraga renang bukan hanya dari visual fisik, melainkan juga dari gerakan para atlet. "Saya paling suka menangkap ekspresi atlet saat start. Bagaimana mereka melayang dengan ekspresi yang berbeda-beda," kata Asep lagi.
Keindahan itu juga dilihat Asep di luar kolam. "Saya paling suka denganphoto-candid, menangkapgaya
dan ekspresi orang-orang di luar kolam. Baik itu atlet, orangtua, (maupun)
wasit," katanya.
Asep bahkan sudah menangkap keindahan renang sejak di KRAPSISurabaya
(2011), Bandung (2012), serta kejurnas di Lombok pada 2013.
"Di kolam, tantangannya lebih besar. Sulit sekali menangkap momen yang pas dan bagus. Benar-benar butuh kesabaran dan kejelian," kata Asep yang telah 30 tahun berprofesi sebagai fotografer dan pernah memotret sofbol dan skuas.
Menurut Asep, keindahan olahraga renang bukan hanya dari visual fisik, melainkan juga dari gerakan para atlet. "Saya paling suka menangkap ekspresi atlet saat start. Bagaimana mereka melayang dengan ekspresi yang berbeda-beda," kata Asep lagi.
Keindahan itu juga dilihat Asep di luar kolam. "Saya paling suka denganphoto-candid, menangkap
Asep bahkan sudah menangkap keindahan renang sejak di KRAPSI
Figur seperti Asep Hidayat inilah yang sebenarnya bisa
menjadi ujung tombak apabila renang ingin kembali eksis sebagai olahraga utama
negeri ini.
Ini sejalan dengan harapan Ketua Umum Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Sandiaga Uno pada awal ia terpilih. "Renang butuh ikon. Ia harus figur yang tidak semata bagus prestasinya, tetapi punya potensi dalam dirinya untuk menjadi bintang. Antara lain tentunya, kemampuan menghadapi media," kata Sandiaga.
Jadi, untuk mengembalikan penonton ke kolam renang, tentunya tidak perlu mendatangkan bintang hiburan, bahkan sekelas Bruno Mars sekalipun....(kompas.com)
Ini sejalan dengan harapan Ketua Umum Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Sandiaga Uno pada awal ia terpilih. "Renang butuh ikon. Ia harus figur yang tidak semata bagus prestasinya, tetapi punya potensi dalam dirinya untuk menjadi bintang. Antara lain tentunya, kemampuan menghadapi media," kata Sandiaga.
Jadi, untuk mengembalikan penonton ke kolam renang, tentunya tidak perlu mendatangkan bintang hiburan, bahkan sekelas Bruno Mars sekalipun....(kompas.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar